Jumat, 20 Desember 2013

Manusia dan Tanggung Jawab

TASRIPIN
     Tasripin seorang anak kecil yang berumur 12 tahun,yang berasal dari sebuah dusun di Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah.
Diumurnya yang masih tergolong sangat muda tersebut,ia harus bertindak sebagai kakak,ibu dan Ayah sekaligus,bagi ketiga adik-adiknya.
Kisah itu dimulai ketika  ayahnya pergi merantau ke Kalimantan bersama kakak tertuanya,sedangkan sang ibu telah meninggal dunia.
Tasripin dan adik-adiknya pun terpaksa hidup sebatang kara.Kejadian tersebut membuat Tasripin harus berhenti dari sekolah ketika ia masih duduk di kelas 3 SD
Hari-hari Tasripin,pun harus dihabiskan untuk mengurus ketiga adiknya.
Agar dapat menghidupi ketiga adiknya itu,hampir setiap hari Tasripin pergi kesawah orang dan mencari kayu bakar.
   Keluarga dan tetangga pun sering membantu memberikan nasi maupun lauk untuk mereka. Tak jarang, mereka hanya makan nasi dengan lauk seadanya.
Namun bukan hanya kebutuhan fisik saja yang dipenuhi oleh Tasripin  kepada adik-adiknya.Tetapi Tasripin juga mengajarkan  adik-adiknya mengaji,walaupun ia sendiri tidak terlalu pintar dalam hal membaca dan menulis.

referensi: detikNews




Kamis, 19 Desember 2013

Manusia dan Kebudayaan


ULOS BATAK

Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam,salah satunya adalah ulos.
Ulos merupakan  sebuah kain yang dibuat dengan alat tenun,yang berasal dari  Sumatera Utara.Ulos melambangkan jati diri  suku batak,sesuai dengan adat dan  budayanya
Ulos tidak dapat dipisahkan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh suku batak.Baik pada saat pernikahan,ketika  acara selamatan terutama pada saat hamil 7 bulan,ketika anak pertama lahir,pada saat upacara adat,dan masih banyak lagi.
Ada 3 hal yang di yakini nenek moyang orang batak yang memberi kehidupan bagi tubuh manusia, yaitu : Darah, Nafas dan Kehangatan. Sehingga “rasa hangat” menjadi suatu kebutuhan yang setiap saat di dambakan.
Sumber kehangatan yang di yakini nenek moyang orang batak yaitu : matahari, api dan ulos. Matahari terbit dan terbenam dengan sendirinya setiap saat. Api dapat di nyalakan setiap saat, namun tidak praktis untuk di gunakan menghangatkan tubuh, misalnya besarnya api harus di jaga setiap saat sehingga tidur pun terganggu. Namun tidak begitu halnya dengan Ulos yang sangat praktis digunakan di mana saja dan kapan saja.
Ulos pun menjadi barang yang penting dan di butuhkan semua orang kapan saja dan di mana saja. Hingga akhirnya karena ulos memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat batak. Dibuatlah aturan penggunaan ulos yang di tuangkan dalam aturan adat,Karena setiap ulos mengandung makna yang berbeda-beda.
Misalnya,jenis ulos bintang maratur.Ulos ini digunakan pada saat seorang memasuki rumah baru (telah berhasil membangun rumah).
Jenis ulos Ragi Hotang,ulos ini di berikan kepada sepasang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat yang di sebut dengan nama Ulos Hela. Pemberian ulos Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya di persunting atau di peristri oleh laki-laki yang telah di sebut sebagai “Hela” (menantu).
Jenis ulos Tutur-tutur,digunakan sebagai ikat kepala dan selendang,yang diberikan oleh orang tua kepada keturunannya.
Maka ketika pernikahan,tidak diperbolehkan menggunakan ulos bintang maratur.
Hingga,saat ini.kebiasaan ini masih dipegang teguh oleh seluruh suku batak dimana pun mereka berada.

Ini,adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang wajib kita jaga dan kita pelihara.Agar tidak punah dan diklaim oleh negara asing.